Bersama Komunitas Tionghoa, Disnaker Bedah Rumah Pembersih Sampah Plastik
Disnaker, Pemkab Malang – Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Malang kembali bersinergi dengan Forum Komunikasi Warga Masyarakat Tionghoa Malang Raya (FKWMTMR) membedah rumah keluarga kurang mampu. Bedah rumah kali ini dilakukan di Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, serangkaian dengan kegiatan Gerakan Membangun (Gema) Desa, program rutin Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang.
Kepala Disnaker, Drs Yoyok Wardoyo MM, menjelaskan, kegiatan bedah rumah dengan menggandeng pihak lain ini, bertujuan untuk menyukseskan program Kabupaten Malang. Yakni pengentasan kemiskinan. Salah satunya dengan dengan rumah layak huni.
“Kami bersinergi dengan Forum Komunikasi Warga Masyarakat Tionghoa Malang Raya, untuk membedah rumah warga kurang mampu,” kata Yoyok, Selasa (16/7).
Plt. Bupati Malang, Drs HM Sanusi MM ditemui usai meninjau lokasi bedah rumah mengaku memberikan apresiasi positif atas sinergitas ciamik yang dilakukan oleh Disnaker dan FKWMTMR. Menurut dia, yang dilakukan oleh dinas di bawah komando Drs Yoyok Wardoyo MM ini dapat membantu Pemkab Malang menyukseskan pengentasan kemiskinan.
“Ini merupakan hal yang bagus, menunjukkan kebersamaan antara OPD (Organisasi Perangkat Daerah) dengan pihak lain. Sekaligus membantu program Pemkab Malang membedah rumah tidak layak huni,” kata Sanusi, ditemui di kawasan wisata alam Sumber Maron.
Sanusi menjelaskan, tahun ini Pemkab Malang menargetkan mampu membedah 15 ribu rumah tidak layak huni. Hingga pertengahan tahun ini, hampir separuh rumah sudah mampu diperbaiki. Menurut dia, hal ini tidak lepas dari peran dan kerjasama berbagai pihak. Laki-laki yang akrab disapa Abah ini mengimbau kepada semua OPD dan instansi pemerintahan agar aktif dalam menjalin sinergi untuk menyukseskan program bedah rumah.
“Semua bisa bersinergi untuk menyukseskan program bedah rumah ini. Baznas juga membantu Pemkab Malang dalam program ini,” tegasnya.
Sementara itu, pemilik rumah, Khotimah mengaku senang bisa mendapatkan paket bedah rumah dengan total bantuan senilai Rp 10 juta itu. Hunian nenek satu cucu itu memang bisa dikatakan kurang layak huni.
Pasalnya, masih berlantai tanah dengan dinding semi permanen. Separuhnya masih berupa anyaman bambu yang diberi kapur agar kuat.
“Alhamdulillah, dibantu oleh pemerintah memperbaiki rumah saya. Rumah ini tidak pernah diperbaiki sejak tahun 1996. Hanya mengganti papan di kamar saja. Selebihnya tidak pernah direnovasi,” kata ibu satu anak itu.
Kesehariannya, dia bekerja sebagai pembersih sampah yang berupa gelas dan botol plastik. Sampah-sampah yang kotor itu dia sortir dan dibersihkan berdasarkan jenisnya. Pekerjaan ini sudah dilakoni lebih dari 10 tahun. Sementara suaminya hanya seorang kuli bangunan yang penghasilannya tidak menentu. (tik)